Saturday 4 July 2015

catatan mas danu : jalan sore

Kira kira persis saat buka puasa sore tadi, saya menjumpai seorang bapak2 yg terjatuh dari motornya krn kedorong seb mobil yg berjalan lambat--persisnya di pertigaan jl Mas mansyur-Thamrin City. Reflek saya bantuin angkat motor bapak tsb yg mana bapak tsb tidak bergeming krn tertindih motornya,  dan saya bawa bapak tsb menepi di pembatas jalan.

Bapak tersebut kira kira usia 60 an tampak meringis kesakitan karena kakinya terkilir. Saya berusaha mijit sebisa saya krn memang hanya saya seorang diri meskipun banyak mobil yg terhenti karena macet arah ke thamrin city, utamanya pas waktu buka puasa otomatis jalanan sepi orang yg biasanya  lalu lalang.

Lalu sy menawarkan diri mengantar pulang, tp bapak tsb nekat  mau pulang sendiri, saya tidak tega, lalu saya antar sampai lepas terowongan casablanka yg sdh dekat rumahnya. Setelahnya saya buru2 pamit krn sy masih ada urusan yg lain.

Kini, setelah dirumah, saya baru sadar akan wajah tak berdosa pengendara mobil tsb. Tergambar jelas wajahnya tak bergeming sedikitpun dan pergi berlalu begitu saja.

Mendadak saya kesel sendiri, knp saya membantu orang hy setengah2? Knp jg respon saya begitu lambat untk sekaligus bertindak meminta pertanggung-jawaban yg seharusnya dari pengendara mobil yg tak punya sedikitpun welas asih tsb? Hey, ini bukan tentang uang atau tentang ganti rugi, tapi tentang keberadaan  hatimu!

Aku menyesali diri, knp membantu orang tidak maksimal. Istri sy menenangkan saya bahwa yg sy lakukan sdh cukup, katanya. Benar juga, persis kritikan mantan boss saya, Ir Budi Santoso, yg selalu mengatakan bahwa saya mudah larut dalam simpati/empati. Ughhh...

Kisah sore ini bukan tentang saya, tapi tentang rasa kemanusiaan yg pudar. Tentang perasaan yg sdh mati. Tentang hati yg sdh membatu.
Saya hanya membayangkan jika korban adalah bapak saya, lalu saya juga membayangkan pengendara mobil tsb adalah sebuah batu, bukan human.

Saya membagikan cerita ringan ini agar kita tdk lupa bahwa kita manusia, bukan manusia yg asyik sendiri. Bukan manusia yg sengaja menjadi lalai karena sibuk dg gadget nya.

Jika Guillaume Digulleville ialah seorang penyair abad 14 pernah mengatakan: " Hidupmu disini hanya ziarah", maka sore ini diruntuhkan oleh manusia abad ini dg pernyataan kira-kira demikian:"Hidupmu disini hanya main hape", hingga tak merasa bersalah meski sdh menabrak orangtua sekalipun.

Kita ini manusia, yang tidak boleh bosan-bosannya untk saling peduli dan utamanya mengasihi sesamanya manusia...

Selamat malam dan Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yg menjalankannya.

Salam, Daniel C Nugroho.

No comments:

Post a Comment