Saturday 3 October 2015

catatan mas danu : tentang betina

Elang betina adalah ibu yg teladan mengurus anak mereka dgn cinta.
Sebelum bertelur,
ia menyiapkan sarang dibukit yg tinggi, dibawahnya jurang.
Rangkanya dari ranting yg keras & duri tajam dilapisi rumput² halus & cabutan bulu dari dada ibu agar sarang menjadi nyaman.
Setelah di erami,
telur menetas & jadilah anak elang.
Saat anak elang lapar,
paruhnya akan di tengadahkan lalu sang ibu memasukkan makanan hasil buruan.
Anak elang pun tumbuh menjadi besar.
Kala angin kencang berhembus sang ibu merentangkan sayap,
menutup sarang u/memberikan perlindungan.
Suatu saat anak elang kaget,
ransum makanan tiba² dihentikan,
perangai sang ibu berubah tajam,
"Ibu kenapa begini?"
Di waktu yg lain anak elang kaget lagi saat sayap sang ibu dikibaskan,
rumput halus & bulu berhamburan keluar sarang,
tinggal duri tajam menusuk badan.
"Ibu, tega nya?"
Anak elang juga kaget waktu mereka di usir dari sarang, didorong keluar, jatuh melayang,
"Ibu kenapa kau mau membunuh anakmu?"
Ketika hampir sampai dasar jurang,
sang ibu menyambar cepat & menyelamatkan.
Demikianlah ber-kali² mereka di jatuhkan,
sampai suatu saat anak elang mulai mengepakkan sayap & bisa terbang.
Ortu elang dgn riang mengajak si anak terbang di atas awan,
belajar mencari binatang buruan,
barulah si anak elang sadar ortunya mengajarkan kerasnya kehidupan.
Orang tua harus seperti elang, mengurus anak dgn cinta,
TAPI ada saatnya harus tega agar anaknya bisa menjadi "orang".

Monday 27 July 2015

catatan mas danu : tentang resiko & perjuangan

Di tahun 1900, Wright bersaudara
sudah mengajukan kemungkinan orang
dapat terbang. Tanggapan sinis dan
keraguan menyerang mereka bahwa
manusia tidak dapat terbang.

Banyak sekali percobaan mereka yang
gagal. Tapi Orville Wright dan Wilbur
Wright tidak menyerah pada visi
mereka.  Mereka mempersiapkan segala
risikonya jika percobaan mereka
gagal, seperti mereka menyiapkan
landasan darurat di pantai berpasir
yang lebih aman.

Pada 17 Desember 1903, di pagi hari
yang cerah, mereka berhasil mengubah
kemungkinan menjadi kenyataan. Dari
percobaan yang berulang kali gagal,
Wright bersaudara akhirnya berhasil
menorehkan sejarah penerbangan dunia
untuk pertama kalinya. Meski hanya
bisa melayang setinggi 10 kaki selama
12 detik, tetapi percobaan mereka
merupakan fondasi penemuan pesawat
terbang.

Jika Anda dapat melihat
kemungkinan-kemungkinan, yakinilah
dan wujudkan kemungkinan tersebut!
Mungkin Anda juga akan melihat banyak
rintangan dan tantangan. Tetapi yang
membedakan Anda dengan orang lain
adalah mereka hanya bisa melihat
risikonya saja, sedangkan Anda bisa
melihat bagaimana mengatasi risiko
tersebut.

Ketika orang lain menyerah dan
menangisi kegagalan, kekuatan pikiran
Andalah yang dapat mengatasinya.
Katakan bahwa Anda dapat bangkit lagi
setiap kali gagal dan mencoba lagi.

Singkirkan segala keraguan dan
ketakutan. Jika Anda percaya Anda
dapat terbang, maka Anda pun terbang

daniel nugroho

Tuesday 7 July 2015

catatan mas danu : tentang karyawan

Setan dalam ujud "malaikat"

Seorang karyawan baru dan sangat lugu dalam sebuah pekerjaan baru ,terjebak pada persoalan konflik intern perusahaan tempat ia bekerja. Entah melibatkan diri ataupun terlibat, ia lantas berpihak pada salah satu pimpinan yang dirasa benar dlm permasalahan tsb, lantas ia mendedikasikan seluruh waktunya berpusat pada pimpinan yg dilihat dan dikesankan  "putih" tsb
Tetapi dunia kantor adalah "rumah panas" dimana teramat sulit dibedakan benar-salahnya oleh karyawan baru tsb.

Gayung bersambut, karyawan tsb rajin memberikan info ttg perkembangan di lapangan hingga tercipta kedekatan antara bawahan dan pimpinan tersebut. ( maksud kedekatan adalah ketika pimpinan hanya memanfaatkan dan karyawan lugu merasa dekat-red).
Semakin dekat jalinannya, semakin kagumlah karyawan lugu tsb kpd sosok pimpinannya yg dilihat kasat mata sbg pimpinan yg bersih, benar sekaligus pintar. Tak hanya itu saja, pimpinan tsb memberikan contoh bgm mlkn ibadah dengan rajin dan taat dlm praktik kesehariannya.

Alih-alih, sang pimpinan idola tsb berniat keluar dari lingkaran konflik internal perusahaan dibuktikan dengan surat resmi pengunduran diri. Tak sampai disitu, pimpinan tsb mengajak karyawan lugu tsb untuk juga mlkn hal sama yg dilakukannya, resign. Pertanyaan "kapan resign" berlangsung hampir 6x, baik melalui email juga bbm. Dalam kurun waktu pemikiran untk bertahan apa ikut saran mantan pimpinannya tsb sang mantan pimpinan mengatakan bahwa karyawan tsb tdk perlu berlama-lama berkubang  di peciren ( terjemahan: limbah pembuangan ). Atas dasar bingung, terdesak dan juga solidaritas, maka karyawan tsb pun berpihak pada saran mantan pimpinannya tsb lantas  menuliskan surat resign. Sblm diserahkan scr resmi ke bag personalia, karyawan lugu memfoto surat resign tsb, mengirimkan via bbm ke mantan boss dan sang boss pun merespon balasan dengan kata: "bagus".

"Bulan madu" pun berlangsung ditengah- tengah karyawan lugu dan pimpinan sdh sama-sama resign. Hubungan semakin intim layaknya teman meskipun keduanya  terpaut 25 an tahun. Waktu berselang, tidak lama, ketika akhirnya karyawan tsb penasaran dan  menanyakan lagi kpd mantan pimpinan tsb, apa motivasi pimpinan tsb menyuruh ia keluar kerja. Pimpinan tsb lantas membalas melalui email yg mengatakan bahwa ia tidak pernah menyuruh karyawan tsb keluar dari pekerjaannya.

Bagai petir disiang bolong, karyawan tsb shock, stress dan bengong atas jawaban pimpinan tsb. Disatu sisi ia membawa bukti berupa email dan copy chat bbm atas anjuran keluar kerja oleh pimpinan tsb. Disatu sisi karyawan lugu tsb tidak pernah sekalipun merengek meminta pekerjaan pengganti, ia hanya meminta penjelasan dibalik itu semua.

Kisah apes karyawan lugu sampai disini  saja, saya tidak tega melanjutkan ceritanya. membayangkan saja tidak sanggup betapa hancurnya hati sang karyawan lugu tsb setelah sadar ia salah memberikan loyalitas dan salah mempercayai orang hanya tertipu polesan hal lahiriah! Kasihan nasib sang karyawan lugu dibanting dan ditikam oleh boss yg dimata karyawan lugu tsb nampak terlihat lurus dan suci.
Bila dikatakan sebuas-buasnya induk singa tidak akan memangsa anaknya, terpatahkan ketika seorang bapak telah memangsa anaknya. Sedih dan nelangsa dalam prakik dunia kerja di jakarta yg kejam dan tak kenal ampun.....

***

Dari cerita diatas, saya ingat ceramah seorang rohaniwan bahwa ketika Tuhan bekerja, setanpun ikut bekerja. Hal tsb ditegaskan dalam sebuah perumpaan tentang tanaman gandum yg tumbuh bersama ilalang. Maka setiap kali Tuhan berkarya, setanpun menjiplak, meniru, memelintir, membelokkan dan memalsukannya.
"Ketika benih itu ditabur, lalu bertunas yang diantaranya ada benih iblis." Demikian pekerjaan iblis menjungkir balikkan dunia dg kekacauan dan kebinasaan.

Judul "Setan dalam ujud malaikat" tentu saja ini hanya kiasan belaka bkn dalam arti yang sesungguhnya. Kiasan ini hanya sekedar menggambarkan perbuatan jahat yg dibungkus dengan kebaikan, bukan yang sesungguhnya; pura-pura; kepura-puraan, mirip, asli tapi palsu atau menyerupai tiruannya.

Setan hadir bkn dlm rupa rupa menakutkan tapi yg berbahaya justru ketika hadir dlm manifestasi yg beraneka ragam perilaku dlm diri manusia modern. Karakter setan sdh jelas, ia hanya mementingkan diri sendiri dan sama sekali tak berbelas kasihan. Selain itu buah karya setan sdh jelas: akar pahit, pengkianatan, kekecewaan, penipuan, kebohongan, penyangkalan diri dsbnya. Sementara gambaran sifat malaikat adalah kebalikan dari kepemilikan karakter setan itu sendiri. Lalu setan berusaha keras menyamai Tuhan untuk penugasan pengelabuhan kpd manusia dlm penjelmaan manifestasi perbuatan manusia. Tidak heran jika setan tsb seolah-olah mirip rupa rupa orang suci dan saleh, kata-kata yg keluar dari mulutnya terdengar manis dan menyenangkan telinga, bisa jadi ia adalah pegiat agama, atau termasuk pelaku perintah agama. Maka bagi yang tidak cermat, bukan tidak mungkin akan terpedaya oleh kedoknya karena ia datang hanya memporak-porandakan, mengacau-balau kan, menebarkan keputus-asaan lalu pergi berlalu setelahnya. Bagi yang terlena dan terkena jeratnya, sdh tentu akan cedera jiwanya.

Setan juga hadir dan bersemayam pada jiwa-jiwa yg sombong, jiwa-jiwa yg menghamba materialisme, jiwa-jiwa yg mengandalkan kemampuan sendiri juga jiwa-jiwa yang melogika Tuhan sebatas kemampuan akalnya. Setan atau iblis menyukai jiwa-jiwa dg spesifikasi seperti itu dan tetap membiarkan jiwa-jiwa tsb normal menjalankan agamanya ( mlkn doa, mlkn ritual,ibadah ataupun membaca ayat suci ).

Bagi karyawan lugu tsb, ini adalah moment terbesar untuk belajar hidup yang sesungguhnya. Pembelajaran dengan ujian nyata. Belajar hidup adalah suatu kondisi yang tak ada putusnya, ia dilakukan tanpa henti tak kenal lelah dan sekaligus sebuah tugas tiap individunya. Sebab kalau berhenti, ia sdh tidak hidup lagi. Demikian pula dalam seperjalanan yg tdk luput dari kerikil-kerikil tajam yg menancap di kaki-kaki sepanjang perjalanan hidup setiap orangnya dlm laku yg berbeda-beda dlm perjalanan ziarahnya.

Belajar hidup tentu tidak mudah dan tidak mulus begitu saja, ia mengalami jatuh bangun: ada kalanya salah jalan, tersesat, salah menjatuhkan pilihan, salah menjatuhkan loyalitas kepada orang yg tidak tepat, salah mempercayai orang, salah mengambil keputusan, salah mempercayai sesuatu, salah berteman dan seribu kesalahan lainnya yg telah diperbuat yg menyakitkan dan bisa menciderai diri sendiri.

Tentu, kesalahan demi kesalahan seharusnya menjadi sebuah pembelajaran, bukan justru menjadi seekor keledai yg selalu masuk ke lubang yg sama kedua kali.

Seharusnya, kesalahan yg pernah terjadi tidak layak mendapat tempat untuk diratapi, ia harus sesegera diperbaiki. Maka lebih baik pernah terjadi kesalahan daripada tidak pernah mengalami salah sama sekali. Sebab orang yg tidak pernah melakukan kesalahan dan tidak segera memperbaiki ibarat seorang manusia yg selamanya menjadi bayi. Tetapi yg pernah berbuat salah dan memperbaikinya, ia naik kelas.

Untuk memperbaiki kesalahan jg memperbanyak diri dg memperbanyak  pengetahuan, dibutuhkan komitmen hati dan akal budi dan mawas diri. Kekuatan manusia terbatas, tetapi Kuasa Tuhan tiada batasnya, dan Tuhan sudah membekali dengan hikmat dan akal budi untuk diasah terus menerus.

Sebagai penghiburan, sang karyawan lugu tsb saya ibaratkan seorang siswa yang hendak membuat sebilah keris yg indah, ia tak ragu menghabiskan banyak besi untuk menjadi satu buah saja sebilah keris yg indah. Belajar hidup butuh sebuah pengorbanan yang terkadang  disertai rasa pedih mendalam.

"Dont trust anybody" sepertinya semboyan pembelajaran yg lumayan cocok untk sang karyawan lugu, itu artinya sebuah tugu pengetan, bahwa  ia harus total mempercayakan hidupnya bukan pada menungso ( manusia), tapi hanya pada Sang Khalik, Tuhan Yang Maha Esa, Sang Penebus, Allah Empunya dunia seisinya.

Sampai disini, saya menyarankan kpd karyawan lugu tsb untk sepenuhnya mengampuni mantan pimpinannya tsb agar justru tak ada luka batin maupun akar pahit, karena selama ada dendam, ada kebencian, ada rancangan kejahatan dibalas dengan kejahatan, disitulah iblis nimbrung ikut berkarya. Saya senang karena akhirnya sang karyawan tsb sdh mengampuni bekas pimpinannya tsb,  bahkan tetap menyayanginya layaknya seorang anak yg sayang kepada bapaknya. Sebab Tuhan itu baik maka manusia tdk boleh jahat apalagi membalas kejahatan dengan kejahatan yg adalah keinginan dagingiah, sebab jika itu dilakukan, berarti ada yg salah dengan sebuah didikan. Dan apabila dilakukan, ia akan seperti garam yg kehilangan asinnya.

Huffft... Hidup itu indah, tak ada ruang untuk ragu.

Salam/ Daniel Nugroho

( didedikasikan untuk Agung Sedayu (AS), kisah yg diangkat dari kejadian nyata atas penderitaan yg pernah terjadi pada interaksi antar manusia, agar menjadi pelajaran bagi siapa saja ).

Saturday 4 July 2015

catatan mas danu : sebuah keikhlasan

Pak Parno, seorang tukang tambal di jl kebon kacang raya berpenampilan sangat sederhana, menyesuaikan profesinya kira kira demikian. Bila didekati dan bercakap dengannya, tak terlihat sama sekali aura relijiusnya, baik dari ucapan apalagi atribut. Yang mengejutkan bagi saya, hidupnya penuh kepasrahan diri. Itu terbukti beberapa kali customer yang tidak punya uang sama sekali dilayani dg baik,  diperbolehkan membayar besoknya, padahal kenal pun tidak. Saya terkesima mengingat ini di Jakarta, lalu saya pun bertanya;" Pak Parno ndak takut kalau tidak dibayar? Ban dalam saja sdh 50rb, ini jakarta lho pak!", tandas saya menguji. Pak Parno menjawab kalem:"Ah, saya pasrah saja dlm hidup dik! yang penting saya sdh menolong, perkara kembali kesini dan membayar ya berarti orang tsb jujur. Sudah biasa ada yg kembali meski dari Cengkareng, tapi ada yg tetangga sendiri tapi tdk mau bayar".

Seorang kepala bagian SDM yg pernah saya kenal sewaktu menjadi atasan saya pun mirip2 dengan Pak Parno modusnya, 11-12. Kabag tsb sama sekali tidak relijius baik perkataan maupun penampilan fisiknya namun berbuat nyata dengan tindakan drpd kumpulan kata-kata suci nan menghanyutkan. Beliau sangat peduli dengan bawahan; memperjuangkan kenaikan gaji, memperjuangkan status pegawai tetap dll, bahkan tak sedikit yg dibantu olehnya untk urusan2 yg sifatnya pribadi, sebut saja pinjaman. Namun sama dg nasib Pak Parno, ada yg membayar ada yg tidak.

Dari cerita diatas, lantas saya merenung. Ada ungkapan yg cerdas untuk menggambarkan situasi tsb: "Dont judge book by its cover" yg secara dangkal saya gambarkan untk kedua kasus cerita tsb. Selain kedua orang yg memiliki typikal sama tsb lantas saya ingat pula dg seseorang pimpinan perusahaan yg dikenal sangat relijius, suka membagi wejangan dengan selipan kata2 suci. Memang baik juga, namun masih pada taraf permukaan, sebatas kata-kata tanpa teladan perbuatan nyata, bahkan justru karyawan bawahanlah yg dipaksa memahami kebijakan2nya bila itu bicara efisiensi, lbh banyak retorika dan bila menuntut sebuah kepatuhan, lantas terlahir sebuah pemberian harapan2 indah dg alasan jangka panjang dsbnya.

Disini saya td berpretensi untuk gegabah  memberikan penilaian, atau tergoda membuat penghakiman baik dan buruk. Sy hanya sharing saja atas kasus2 tsb yg sering kita hadapi tidak seseindah cerita2 sinetron yg dalam visual nya membuat pemisahan baik buruk dengan hal-hal lahiriah ( bahasa visual nya).

Bila dicermati, bisa jadi, yang bertindak relijius tsb masih taraf belajar menuju kematangan hidup, lantas yg sdh pasca dan purna dg relijius justru mengedepankan perbuatan nyata dan keteladanan bagi sesama.

"Pohon dikenal dari buahnya", scr dangkal saya gambarkan untk mewakili karakter manusianya: ada pohon yg buruk rupa namun manis buahnya, ada pohon yg rindang tinggi menjulang namun tidak berbuah apa apa. Buah adalah sbg perlambang 'hidup yang berdampak bagi sesamanya manusia".

Hidup itu indah, tak ada ruang untuk ragu.
Salam, Daniel Nugroho.

catatan mas danu : indahnya berbagi

Sore-sore menjelang buka puasa,.sy iseng muter2 mengendarai sepeda motor. Sdh bisa ditebak, jalanan macet di seputar Kebon Kacang bila saat menjelang buka puasa. Ditengah kemacetan, mendadak bunyi bedug ditabuh tanda sdh buka puasa. Msh dlm keadaan macet padat tp tdk merayap, sebelah saya mengeluarkan bekal makanan ( kurma ) untk membatalkan puasa. Yang menarik, mbak2 pengendara sepeda motor tsb tidak hanya makan kurma sendiri, tp juga menawarkan kpd orang-orang sekitarnya. Sy pun kena giliran ditawari pula, namun tanpa bermaksud mengurangi hormat sy kpd mbak2 tsb,  sy katakan kalau sy tidak puasa.

Dari cerita ringan sore td, saya tergelitik dg tindakan mbak2 tsb yg mau berbagi kpd orang lain tsb. Hal senada sering pula saya dengar dari cerita kawan saya, Ir. Budi Santoso, yg sll tdk bosan bercerita bahagia bila bisa berbagi kursi sekalipun bagi oranglain yg lbh membutuhkan, baik di busway maupun di kereta KRL. Hal tsb diceritakan agar benih2 kebaikan dan kepedulian thdp sesama  mekar bersemi penuh gairah....

Dunia yg kita tumpangi membutuhkan kasih sayang yg terlahir dari setiap penghuninya, setiap individunya. Kasih sayang yg  berangkat dari hal-hal yg kecil sekalipun.
Maka jikalau kita dg sadar melakukan perbuatan nyata seperti ini, niscaya semua makhluk berbahagia, dengan sentuhan kebaikan-kebaikan dari tangan tangan yg ikhlas melakukan, tangan tangan yg menguluran kebaikan tanpa pamrih, bahkan kebaikan yg dilakukan dg sadar sbg sebuah keharusan, kebaikan2 kecil yg dilakukan terus menerus tanpa pamrih, tanpa beban apapun, bukan lantaran surga semata.

Dengan kebaikan yg terus menerus dan tak henti satu dg yg lainnya, semoga justru telah menciptakan "surga" di dunia bagi sesamanya manusia.

Hidup itu indah, maka tak ada ruang untuk ragu.

Salam / Daniel Nugroho.

catatan mas danu : jalan sore

Kira kira persis saat buka puasa sore tadi, saya menjumpai seorang bapak2 yg terjatuh dari motornya krn kedorong seb mobil yg berjalan lambat--persisnya di pertigaan jl Mas mansyur-Thamrin City. Reflek saya bantuin angkat motor bapak tsb yg mana bapak tsb tidak bergeming krn tertindih motornya,  dan saya bawa bapak tsb menepi di pembatas jalan.

Bapak tersebut kira kira usia 60 an tampak meringis kesakitan karena kakinya terkilir. Saya berusaha mijit sebisa saya krn memang hanya saya seorang diri meskipun banyak mobil yg terhenti karena macet arah ke thamrin city, utamanya pas waktu buka puasa otomatis jalanan sepi orang yg biasanya  lalu lalang.

Lalu sy menawarkan diri mengantar pulang, tp bapak tsb nekat  mau pulang sendiri, saya tidak tega, lalu saya antar sampai lepas terowongan casablanka yg sdh dekat rumahnya. Setelahnya saya buru2 pamit krn sy masih ada urusan yg lain.

Kini, setelah dirumah, saya baru sadar akan wajah tak berdosa pengendara mobil tsb. Tergambar jelas wajahnya tak bergeming sedikitpun dan pergi berlalu begitu saja.

Mendadak saya kesel sendiri, knp saya membantu orang hy setengah2? Knp jg respon saya begitu lambat untk sekaligus bertindak meminta pertanggung-jawaban yg seharusnya dari pengendara mobil yg tak punya sedikitpun welas asih tsb? Hey, ini bukan tentang uang atau tentang ganti rugi, tapi tentang keberadaan  hatimu!

Aku menyesali diri, knp membantu orang tidak maksimal. Istri sy menenangkan saya bahwa yg sy lakukan sdh cukup, katanya. Benar juga, persis kritikan mantan boss saya, Ir Budi Santoso, yg selalu mengatakan bahwa saya mudah larut dalam simpati/empati. Ughhh...

Kisah sore ini bukan tentang saya, tapi tentang rasa kemanusiaan yg pudar. Tentang perasaan yg sdh mati. Tentang hati yg sdh membatu.
Saya hanya membayangkan jika korban adalah bapak saya, lalu saya juga membayangkan pengendara mobil tsb adalah sebuah batu, bukan human.

Saya membagikan cerita ringan ini agar kita tdk lupa bahwa kita manusia, bukan manusia yg asyik sendiri. Bukan manusia yg sengaja menjadi lalai karena sibuk dg gadget nya.

Jika Guillaume Digulleville ialah seorang penyair abad 14 pernah mengatakan: " Hidupmu disini hanya ziarah", maka sore ini diruntuhkan oleh manusia abad ini dg pernyataan kira-kira demikian:"Hidupmu disini hanya main hape", hingga tak merasa bersalah meski sdh menabrak orangtua sekalipun.

Kita ini manusia, yang tidak boleh bosan-bosannya untk saling peduli dan utamanya mengasihi sesamanya manusia...

Selamat malam dan Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yg menjalankannya.

Salam, Daniel C Nugroho.